Indonesia adalah
negara besar dalam hal usaha mikro-kecil dan menengah. Diperkirakan ada
lima puluh juta UKM. Dan jika satu UKM memakai tiga tenaga kerjasaja ,
maka diperkirakan ada sekitar 150 juta tenaga kerja yang ada di sektor
UKM. Ini jumlah yang sangat besar!
Bagaimana para pemilik
UKM mengelola SDM (baca: tenaga kerja) yang secara total sangat banyak
ini, namun secara per-usaha sangat minim jumlahnya? Jawabannya tentu
sangat beragam, tergantung besar kecilnya usaha dan
tergantung seberapa tinggi kompetensi yang dituntut setiap jenis usaha.
Penulis mengidentifikasi ada 8 (delapan) jenis tantangan yang harus
dihadapi ole h setiap pemilik usaha.
Ke-8 tantangan ini penulis uraikan berikut ini:
1. Mencari orang yang tepat.
Bagi
UKM pemula, biasanya pada waktu memulai usaha semuanya diusahakan dan
dikerjakan sendiri.Dan seiring dengan berjalannya waktu, apabila sudah
dirasa perlu maka mulailah merekrut karyawan.Umumnya yang direkrut
memiliki hubungan kekerabatan atau pertemanan, dalam arti kenal dengan
orang yang mau direkrut tersebut.Pada tahap ini, bukan kompetensi,
kemampuan, keahlian atau pengetahuan yang menjadi kriteria utama,
melainkan hubungan kekerabatan dan kedekatan pertemanan yang menjadi
pertimbangan utama.Kenapa?Tampaknya masalah trust-lah yang
memengaruhi keputusan tersebut.Biasanya rekrutmen model ini hanya
berjalan mulus diawalnya saja.Paling hanya beberapa bulan, dan terpaksa
berakhir dengan putusnya hubungan kerja karena kurang kompeten.
Selanjutnya pemilik usaha akan mencoba mencari orang yang lebih tepat,
yaitu tenaga kerja yang masih muda (tentu agar lebih murah gajinya)
namun bisa lebih mudah diarahkan, dan syukur-syukur bisa lebih pinter. Tahapan
model ini memang jangka pendek bisa berjalan cukup baik, namun jangka
panjang tetap kurang memadai.Banyak harapan-harapan yang dinginkan oleh
pemilik usaha tidak dapat direalisasikan karena kurangnya pengalaman
kerja karyawan baru tersebut.Akibatnya keterlibatan pemilik usaha masih
sangat tinggi dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.
Setelah
belajar dari pengalaman ini, dan apabila usahanya semakin maju,
kemampuan finansial semakin tinggi; maka pemilik usaha baru berani masuk
ke tahap ketiga, yaitu merekrut kaum yang lebih profesional.Meskipun
tidak menjamin bertahan lama, karena masih tergantung dari faktor-faktor
lain, seperti kecocokan dengan pemilik usaha, sistem kerja, besarnya
penghasilan dan penghargaan yang diterima; namun para profesional jelas
lebih bisa menjalankan tugasnya lebih baik, asalkan si professional
dapatmengembangkan sikap dan memiliki karakter yang baik.
2. Mengembangkan kompetensi karyawan.
Kompetensi menyangkut tiga hal yaitu knowledge (pengetahuan), skill (keahlian) dan aptitude
(kepintaran).Jarang ada karyawan yang mumpuni di-tiga area ini, meski
ada hubungannya; namun ketiga area berbeda satu dengan
lainnya.Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, banyak
membaca dan pernah mengalami suatu hal.Keahlian tidaklah
demikian.Keahlian diperoleh hanya jika seseorang melatih dirinya
berulang-ulang, baik di tempat kerja dengan atasan yang jadi mentornya
ataupun latihan sendiri tanpa pengawas; sehingga orang tersebut mencapai
satu level yang kita sebut seorang expert.Sedangkan kepintaran
diperoleh melalui pendidikan dan latihan berpikir logis dan kreatif
secara kontinu, ditempa oleh berbagai masalah dan tantangan yang datang
tiada habis-habisnya. Inilah yang membuat kenapa ada orang yang semakin
lama semakin pandai sedangkan orang lainstuck atau bahkan mundur sama sekali.
Jadi jurus untuk mengembangkan kompetensi karyawan, tidaklah melulu dengan training. Ada coaching&counseling, exercising, pengalaman bekerja, berbagai masalah yang harus diselesaikan dengan problem solving & decision making process, memikirkan strategi kreatif untuk mengatasi setiap tantangan yang ada dalam dunia bisnis.
Hanya
saja kita tidak boleh menerapkan semua carakepada semua orang secara
sembrono. Perlu dipetakan dulu apa yang menjadi kebutuhan setiap
karyawan. Jika seorang karyawan belum memiliki banyak kompetensi, namun
mempunyai kemauan besar untuk bekerja dengan baik, maka jelas dia
memerlukan training, mentoringdan coaching. Sebaliknya
jika karyawan yang sudah kompeten, tetapi tidak berhasil mencapai
target kinerja yang diharapkan, jelas dia bukan membuuthkan training ataupun coaching, melainkan perlu diadakan pendekatan khusus yaitu counseling. Sebuah teknik yang harus dipelajari oleh atasan untuk menggali akar masalah karyawan yang tidak perform, yang jelas-jelas bukan karena kemampuan kompetensinya.
Bagaimana jika karyawannya sudah kompeten dan juga berkinerja sangat baik?
3. Mempertahankan karyawan.
Nah, yang seperti ini tidak boleh disamakan dengan karyawan model sebelumnya. Ini adalah karyawan tipe star.
Butuh penghargaan khusus dan harus diberi tantangan lain yang lebih
tinggi nilainya. Tidak semua karyawan perlu dipertahankan. Tugas atasan
bukan hanya hire (merekrut), tapi juga fire (memecat). Sebenarnya jauh lebih sulit mempertahankan karyawan tipe star, daripada memecat karyawan tipe dead-wood. Cuma sekarang banyak yang keliru, yang dead-wood dibina, sementara tipe star merasa dibinasakan, atau ditelantarkan. Tidak
ada atasan yang terlalu bodoh, sehingga mereka tidak tahu mana yang
harus dipertahankan dan mana yang tidak. Yang ada hanyalah masalah tega
atau tidak tega! Kalau memang tidak tega, maka saran saya hendaknya sang
atasan memberikan penghargaan yang berbeda buat si star. Hargailah karyawan yang mampu dan telah bekerja dengan luar biasa!
4. Mengatasi keterbatasan finansial.
Tidak selamanya perusahaan dalam kondisi keuangan yang prima.Ada up and down. Bahasa financial-nya: cash flow keuangan perusahaan. Ini
memang harus dicermati lagi. Apakah karena bisnis yang lagi lesu, atau
karena modal dan kemampuan perusahaan yang terbatas! Jika bisnis lagi
lesu, maka tiada jalan lain, pengencangan ikat pinggang wajib
dijalankan.Dampaknya memang bisa mengurangi pendapatan karyawan, seperti
tiada bonus dan THR.Namun jika bisnisnya bagus, tapi perusahaan
kekurangan modal kerja, maka sudah saatnya pemilik usaha mengusahakan
pinjaman ke bank. Atau melakukan penambahan modal dengan meminta/
mengajak orang lain menjadi partner bisnis.
5. Menghadapi tuntutan karyawan.
Karyawan
juga manusia.Sebagai manusia dengan gaji terbatas, tentu mereka juga
memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.Ini biasanya berujung pada
masalah duit.Mulai dari meminjam kas bon… sampai berhutang kiri-kanan,
bahkan hutang ke perusahaan.Di sini yang dituntut dari pemilik usaha,
bukan hanya jiwa menolong yang tinggi, melainkan kemampuan untuk
mendidik karyawan untuk berpikir mengelola pendapatan yang ada.
Misalnya
dengan mengajarkan untuk membawa makanan dari rumah, bukan selalu makan
di luar.Tidak membeli atau membelanjakan hal-hal yang kurang perlu,
seperti rokok, tabloid, jajan, dan lain-lainnya.Kalaupun perusahaan
memiliki kemampuan untuk memberikan pinjaman, tetap harus memerhatikan
batas maksimum kewajaran, yaitu tidak boleh lebih dari 1/3 kali gaji
untuk cicilannya. Ajarkan juga bahwa dalam masa susah, kita harus
memegang prinsip hidup “bersusah-susah dahulu, bersenang-senang
kemudian”, bukan sebaliknya!
6. Menjaga kinerja karyawan.
Kita
harus ingat bahwa kinerja karyawan itu merupakan konsultante antara
kompetensi dengan motivasi kerjanya.Kemampuan dan kemauan. Hanya
karyawan yang mampu dan mau yang akan berhasil mencapai puncak kinerja
terbaiknya. Soal kemampuan kita sudah bicarakan pada poin nomor dua di
atas.Sekarang kita bicara soal kemauan.Ini masalah sikap hati manusia.
Ada
pepatah yang mengatakan demikian “Dimana ada kemauan, di situ ada
jalan”.Kenapa bisa begitu?Rupa-rupanya memang manusia diciptakan dengan
kemampuan besar untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan.Dengan
kapasitas otak manusia, yang walaupun ada batasnya, tapi toh tetap
mempunyai daya pikir dan daya cipta yang luar biasa. Singkatnya begini,
jikalau sikap kita (sikap hati) mengatakan “Ya, saya mau!”, maka otak
kita akan bekerja dengan luar biasa untuk mencarikan solusi terbaik atas
masalah yang ada.
Begitu
juga sebaliknya, apabila sikap kita mengatakan “Maaf, saya tidak
bisa!”, sebenarnya lebih tepat “Maaf, saya tidak mau!”, maka otak kita
juga bekerja keras untuk mencari yang bukan solusi, tetapi 1001 alasan
untuk menghindar dari masalah atau tantangan yang ada.
Jadi
kesimpulannya adalah kalau kita mau menjaga kinerja bintang karyawan
kita, seyogyanya kita harus bisa “mengambil hati” karyawan agar mereka
memiliki motivasi untuk memiliki ke mauan dulu, sembari terus mengasah
kemampuan karyawan.
7. Memberi penghargaan dan hukuman.
Di atas telah saya sebutkan dua tipe karyawan, yaitu yang paling berhasil disebut tipe star, sedangkan yang paling jelek ialah tipe dead-wood (baik kompetensi maupun kinerjanya kurang).
Masih ada dua tipe lagi: yaitu tipe horse-work dan tipe question-mark. Tipe horse-work menunjukkan
karyawan yang kurang mampu, tapi kemauannya besar.Jadi dia rela bekerja
keras, bahkan sangat keras hingga berhasil, meski dengan upaya yang
luar biasa besar sehingga disebut tipe horse-work.
Tipe question-mark persis terbalik dari horse-work. Kemampuannya ok, tapi kemauannya not ok! Tipe ini meskipun mampu, dia tidak akan bisa berkinerja bintang.
Bagaimana cara perusahaan menghadapi semua ini? Tak ada cara lain kecuali perusahan menerapkan prinsip-prinsip rewards and punishment(R&P). Sangat sedehana: yang berkinerja baik mendapatkan penghargaan, yang kinerja jelek mendapatkan sanksi.
Tujuan
perusahaan memberikan R&P, dalam jangka pendek untuk meningkatkan
motivasi kerja karyawan dan memperbaiki perilaku karyawan.Tetapi dalam
jangka panjang, perusahaan dapat meningkatkan produktifitas dan kinerja
perusahaan; meningkatkan kompetensi karyawan bahkan mampu untuk menjaga
dan memperbaiki budaya perusahaan.
Jenis
pengharagaan tidak melulu soal pemberian uang atau hadiah dengan nilai
tertentu, tapi bisa berupa pemberian penghargaan sebagai karyawan
teladan, atau kesempatan untuk mendapatkan promosi pangkat atau jabatan.
Saknsi
bisa berbagai macam bentuknya. Mulai dari peringatan lisan, surat
teguran, surat peringatan, demosi, rotasi, penundaan kenaikan pangkat,
jabatan atau grade, penundaan kenaikan gaji, pencabutan fasilitas,
pelepasan jabatan, sanksi hukum sesuai hukum yang berlaku bahkan PHK.
8. Memberhentikan karyawan.
Jika
tiada cara lain untuk memperbaiki perilaku dan kinerja karyawan, maka
setelah melalui proses yang banar dan tepat, misalnya dengan
mengeluarkan SP1 dan SP2; maka tiba saatnya perusahaan bersikap tegas
yaitu dengan pemecatan atau PHK. Ini penting untuk menunjukkan
keseriusan pemilik usaha atau perusahaan agar dapat terus berhasil dalam
bisnis, terutama dalam era persaingan yang semakin mengglobal ini.Tanpa
dukungan karyawan sebagai sumber daya utama, mustahil perusahaan mampu
untuk menghasilkan laba seperti yang ditargetkan.
Kuncinya adalah kelola sumber daya Anda.Jadikan karyawan sebagai modal utama (human capital) usaha bisnis Anda, bukan sekadar sumber daya manusia.
Halo, Aplikasi Kredit Apakah anda tertarik untuk mendapatkan pinjaman @ 2%? Jika ya,? email kami sekarang untuk informasi lebih lanjut tentang pinjaman yang Anda butuhkan sebagai pinjaman. Sekarang silahkan hubungi kami di: gloryloanfirm@gmail.com bersama-sama dengan informasi di bawah ini. Penawaran kami $ 3,000.00 sampai $ 20,000.000.00 juga berlaku untuk informasi lebih lanjut {Lengkapi formulir di bawah pinjaman} Nama Anda: =========== NEGARA: =========== NEGARA =========== ALAMAT: =========== GENRE: =========== Jumlah yang dibutuhkan: ========== = PERIODE: =========== NOMOR TELEPON: =========== =============
BalasHapusIbu Glory Hubungi kami di e-mail ini: gloryloanfirm@mail.com Salam
Akun yang lebih baik untuk perusahaan yang sah.
membalas